5 Pelatih Top yang Tak Pernah Jadi Pesepakbola Profesional
3 min readKembar Prediksi | Selasa, 05/05/2020 02.20 WIB
Jakarta– Tidak semua pelatih hebat berasal dari pesepakbola profesional. Lima juru taktik yang masih eksis ini telah membuktikannya.
Banyak pelatih papan atas memiliki karier fantastis sebagai pemain. Pengalaman tampil di kompetisi kasta tertinggi dan timnas bisa sangat membantu mereka dalam memimpin tim.
BACA JUGA
- JACKPOT 52 JUTA DI KEMBARQQ
- 10 Kreasi Bentuk Semangka Ini di Luar Logika, Gak Tega Makannya!
- PREDIKSI TOGEL AGOGO 05 MEI 2020
Namun, selalu ada sejumlah pelatih aneh yang tak pernah mencicipi atmosfer sepak bola profesional tetapi berhasil jadi peracik strategi andal.
Pelatih legendaris Italia Arrigo Sacchi jadi salah satu bukti. Tapi, kali ini CNNIndonesia.com membahas lima pelatih aktif yang tak pernah jadi pesepakbola profesional.
1. Julian Nagelsmann
Nagelsmann tak punya riwayat cedera sebelum gagal menjadi pesepakbola profesional. Ia lulusan administrasi Bisnis dan Ilmu Olahraga. Alih-alih bekerja di bidang bisnis klub, ia malah banting stir jadi pelatih karena Thomas Tuchel di Augsburg.
Di usia 28 tahun Nagelsmann resmi diangkat sebagai pelatih Hoffenheim dan tercatat sebagai pelatih termuda dalam sejarah Bundesliga.
Grafik Hoffeinhem perlahan meningkat hingga berhasil lolos ke Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Pada musim 2018/2019 ia pindah ke RB Leipzig dan melanjutkan keajaiban.
Pelatih muda itu membuat kejutan besar di pentas sepak bola Eropa usai menyingkirkan Tottenham Hotspur di babak 16 besar Liga Champions dengan agregat 4-0.
2. Brendan Rodgers
Rodgers harus melupakan mimpi sebagai pesepakbola profesional karena cedera lutut genetik. Sempat menandatangani kontrak di Reading pada usia 18 tahun tapi ia harus pensiun muda, 20 tahun, karena cedera lutut tersebut.
Rodgers diajak Jose Mourinho sebagai pelatih tim muda Chelsea pada 2004. Empat tahun kemudian ia ditunjuk sebagai pelatih kepala Watford sebelum pindah ke Reading.
Setelah bersinar bersama Swansea, Rodgers dilirik Liverpool pada 2012. Ia nyaris mengantar The Reds juara Premier League 2013/2014 tapi dilangkahi Manchester City. Liverpool kemudian memecat Rodgers pada 2015.
3. Maurizio Sarri
Sarri muda gagal menggapai cita-citanya sebagai pesepakbola profesional karena cedera. Ia hanya sanggup bermain di level amatir sambil bekerja sebagai bankir.
Tapi, Sarri tak menyerah. Ia mengambil jalan sebagai pelatih dan sempat jadi pelatih termuda (30 tahun) saat memimpin klub USD Stia.
Pamor Sarri mulai menanjak setelah berhasil membawa Empoli promosi ke Serie A Liga Italia musim 2013/2014. Setahun kemudian kariernya meroket setelah dilirik Napoli.
Sarri mengembalikan kejayaan Napoli sebagai salah satu klub papan atas Serie A. Namun, ia tak kuasa menerima tawaran Chelsea di musim 2018/2019 dan berhasil mempersembahkan gelar Liga Europa. Hanya semusim di Inggris, Sarri memutuskan pulang kampung dan memulai petualangan bersama raksasa Italia, Juventus.
4. Andre Villas-Boas
Villas-Boas masih berusia 16 tahun saat berkenalan dengan pelatih Bobby Robson. Ide-ide briliannya soal sepak bola membuat Robson tertarik memasukannya dalam staf pelatih.
Awalnya Villas-Boas diangkat sebagai anggota departemen pengamatan FC Porto hingga mendapatkan sertifikat kepelatihan FA. Tapi, Villas Boas sukses mengantongi lisensi A di usia 19 tahun.
Dua tahun kemudian, Villas Boas memulai karier sebagai asisten pelatih Jose Mourinho di Porto. Ia berhasil meraih treble termasuk juara Liga Europa di musim pertamanya.
Chelsea jadi klub pertama di Premier League yang pernah ditangani Boas sebelum pindah ke Tottenham Hotspur. Sempat beralih ke Liga China bersama Shanghai SIPG, Villas Boas kembali ke Eropa pada 2019 dan menangani Marseille hingga saat ini.
5. Leonardo Jardim
Karier kepelatihan Jardim dimulai sejak usia 27 tahun. Banyak kritik yang menghampiri karena ia dianggap masih bau kencur dan sempat kesulitan bertahan di satu klub.
Namanya mulai dikenal setelah menangani AS Monaco dan sukses membawa skuat arahannya masuk tiga besar Liga Prancis secara berturut-turut..
Puncak kariernya terjadi pada musim 2016/2017 setelah berhasil mengantar Monaco juara Ligue 1 Prancis dan melaju ke semifinal Liga Champions. Sayang, Jardim kehilangan kursinya seiring dengan penurunan prestasi Monaco di musim 2018/2019